Senin, 01 November 2010

L. O. V. E.

Ada banyak cerita yang gua lewati dengan sebuah kata ini. Mulai dari yang enak, sampai yang benar benar menistakan, semua ada di satu kata ini. Cinta. Rasanya tentram dan damai jika gua mulai mencoba mengingat kenangan indah waktu zaman sekolah dulu, tepatnya sejak gua duduk di bangku kelas satu smk.

Waktu itu gua bertemu dia (yang nantinya gua sebut “Hermione”) tengah duduk di bangku angkot 16B villa. Wajahnya yang rupawan seakan ngingetin gua pada indahnya ciptaan makhluk Allah swt. Hahahahah. Waktu gua ngeliat dia, dia pun melihat juga. Sang princess amat polos dengan menggenakan jilbab putih panjangnya. Dan sejak saat itu, gua benar-benar falling in love sampai saat ini.

Berikut ada sepenggal kisah, tepatnya saat-saat gua falling in love sama si hermione. Ada sedikit kreatif dramatisasi di dalamnya, tapi ceritanya bakal menarik deh. Hahahaaha.

Sabtu malam, 15 Maret 2008..

Malam ini, lebih kurang tepat pukul 23.00, niatnya gua bakal nelfon hermione Gua telah bertekad, untuk berani mengatakan hal yang sebenarnya, meskipun dia seorang jilbaber. Anak rohis pula.
Gua gugup. Bandan gua gemeteran. Panas juga. Wahahahahah cupaw. Saat ini tepat pukul 21.30. gua bingung mau bicara apa dengan hermione nanti. Belum ada rencana sama sekali. Dan sebenarnya, mata gua juga udah beler, dan berkali-kali pula gua menguap. Well, gua tidur.
00. 45 WIB, dan udah hari minggu. (mau tau kisah selanjutnya? Ikuti terus cerita di bawah ini)

Mata gua beler. Sempet tidur juga, men. Lalu, atas izin Allah, gua bangun mendengar deringan ponsel jadul gua yang lagi di charger. Tak begitu jelas, berapa lama gua tertidur, dan gua lihat jam, ternyata pukul 23.25 WIB. Segera gua lirik ponsel motorola gua yang hampir mirip deodoran, ada 11 baris missed call yang bertuliskan Hermione. Waduh, jadi gakenak.

Dan dengan cekatan, jari jemari gua memencet keypad, dan mencari nama princess di kontak. Dan.. tuuuuttt.. tuuuuuuuutttt... tuuuuuuuttttt... (nyambung).

“ assalamu’alaikum”, sapa gua belagak sopan sambil tengantuk-ngantuk setengah sadar.
“alaikum salam”, jawab dia gugup.
Hermione?” tanya gua.
“ya.”
Gua gugup. Gugup banget. Hingga gua langsung berkata, “Kamu duluan aja deh. Biar endingnya enak. Soalnya endingnya enakan masalah saya deh.”
“hah?! Udah, kamu aja duluan. Kan, kamu yang telfon.”
“enggak, ah. Gak enak. Hermione aja duluan..”

Setelah melakukan perdebatan singkat yang bener-bener nguras pulsa, sang Hermione akhirnya melanjutkan ceritanya.

“waktu itu sempet tanya do’a abis tasyahud akhir, kan? Saya udah tau jawabannya, nih..” sambutnya manis.
“oooohhh.. mmm, emang ya? Hahahaha. Lupa. Ya udah”
‘Sebenernya kan gak ngomongin doa, nih. Gua mau ngomongin yang lain, sayang...’ pikir gua dalam hati.
“mau, nggak?” tanya sang princess dengan nada sedikit galak.
“eh, mau. Gampang laaahhh. Tapi, bukan itu yang sebenarnya mau saya omongin. Saya mau bicara yang lain.”
“ooohh... ya udah.”

Gua mencabut chargeran ponsel, dan segera pergi ke luar kamar, agar sinyalnya kuat.

“gimana, agak jelasan kan suaranya”
“ya. Alhamdulillah mendingan.”
Segera gua menarik nafas dalam-dalam, memberanikan diri untuk mengeluarkan suara.
“afwan, ya. Emang ada masalah apa?” tiba tiba dia langsung bertanya blak-blakan langsung.
“eh, gini, udah pernah baca buku karya haekal siregar, belum?” jawab gua terbata-bata.
“belum. Buku apaan? Novel?”
“bukan..”

Gua terdiam. Sejenak berfikir dan menarik nafas panjang kembali untuk yang ke-sekian kalinya.

“emang kenapa, sih?” tanyanya polos.
Gua diem lagi. Cuppppaaaawwwww.
“maaf, ya. ‘Rasa’ itu muncul lagi.” Jelas gua mantabh.
“oooh.”
‘Cuma “oohh.”?’ Pikir gua melas.
“saya benar-benar suka, dan jatuh cinta sama kamu, Hermione. Maaf. Saya belum bisa melupakan kamu.”
Sang Hermione pun terdiam. “ ya, udah. Ini memang udah diprediksikan sama temen saya. Eh, terjadi beneran, ya?”
Gua bingung. “dan, saya harus bagaimana sekarang?” badan gua pun jadi gemeteran. Wkwkwkwkwk
“ saya memang salah. Maaf. Saya tau kamu gak pernah mau pacaran. Saya juga gak ada niat untuk pacaran dengan seorang jilbaber. (tapi kalo lo mau ya gapapapa. Haahhaha.) Saya suka kamu sejak dulu. Dan, perasaan itu tak akan pernah hilang sampai kapan pun, bagaimana pun caranya.”
“mmm... emangnya rasa itu gak pernah bisa hilang, ya? saya emang pernah merasakan rasa itu. Vmj. Virus merah jambu. Dan, emang sulit banget.”
“hah? Sama siapa?” tanya gua kaget. ‘ gua kali ya? Hahahahaha ngarep’
“ada deh..” jawabnya sambil nyengir.
“lalu?”
“apanya?”
“ya, saya musti bagaimana sekarang?” jawab gua lantang.
“ saya gak tau.” Jawabnya ngeselin.

Gau diem. Sedih lah digituin. Ya sudahlah.

“maaf. Kamu kenapa, mat? Kok diem?”
“saya, benar benar... suka sama kamu, Hermione. Saya gak enak sama kamu yang notabenenya seorang rohis. Emang gak pantes kali sama saya, ya?”
“aduuuhh.. saya juga gak tau harus bilang apa.” Katanya bingung.
“sekarang gini, deh.. gimana kalo kamu ada di posisi saya sekarang?”
“saya gak tau. Maaf” jawabnya memelas. “tapi, emang apa hubungannya dengan buku haekal siregar?”
“buku haekal siregar itu, judulnya ‘Nikah Dini, Kereeeeenn..!!’
“hah????!!!!!” sang Hermione bener-bener syok. “apaan? Nikah? Maksudnya?”
Gua diem. Lalu kembali bicara, “ kejadian yang dialami haekal mirip banget sama kejadian yang menimpa kita.”
“dan akhirnya si haekal nikah? Gitu?” tanyanya lantang.
“ya iya.”

Hermione terlihat bingung. Namun, seperti wanita cerdas yang lain, dia langsung merespon kalimat-kalimat yang gua ucapkan tadi. “gini ya, saya juga punya temen, akhwat. Dia waktu masa masa sma juga sama kaya gini nih, saling suka – menyukai. Akhwat ini suka sama ikhwannya, sang ikhwan juga demikian.”
‘what?????’ bagai di guncang ombak, badai, lautan, menggelora, mandayung-dayung, melenyeh-lenyeh, sumpah melting abis gua waktu denger dia ngemeng begitu. Apa dia juga suka sama hua? Jiiiiiiiihhhaaaaaaaa....

“Then..” tanya gua ingin tau.
“Terus, mereka sepakat untuk saling menjaga izzah masing-masing. Gak saling memalukan diri satu sama lain seperti pacaran, dan sebagainya. Dia gak saling berkomunikasi hingga lulus, tetapi dengan perasaan yang tidak pernah berubah satu sama lain. Dan atas izin Allah, pada saat dewasa, mereka dipertemukan kembali di bahtera rumah tangga.”

Gua bener-bener malu pas dengar cerita itu. Dan terdiam.

“jadi, rahmat gak perlu sedih atau kecewa. Saya Cuma gak mau nambah nambahin masalah kamu, dan juga masalah saya.”

Gua terdiam.
Hermione pun terdiam.
Kami terdiam sesaat. (buang buang pulsa. OOOOOORAAANG KHAAAYAAAAA)

“rahmat jangan sediiihh...” seru dia ngagetin.
Hah heh hoh? Hahahahah tau aja lo
“maaf udah bikin kamu bingung. Sebenarnya saya juga gak mau begini. Saya yang salah.”
“afwan, gak ada yang patut dipersalahkan di sini. Percaya sama saya.”
“But...”
“saya ingin kita sahabatan dulu. Dan menghilangkan pikiran pikiran seperti pacaran, daN yang lainnya.”
“ ya tapi, saya gak bisa. Saya benar benar suka sama kamu. Dan setelah kamu tau, kalau berkali kali saya menyatakan cinta, dan untuk yang kesekian kalinya,, sekarang, apa kamu gak risih sama saya untuk bersahabat dengan saya?”
“siapa yang risih? Rahmat kali yang risih.”

Eh, iya ya. Emang gua yang kerasa risihan mulu.

“so, kita gak komunikasi dulu, jadinya..” gua agak sedih pas ngomong begini nih.
“yaaa... iya kali. Gak tau juga.” Jawabnya.

Aah, titik terang semakin menjauh dari kehidupan gua nih

“ya, udah. Mungkin saya emang ga bisa jadi teman ‘terbaik’ kamu.” Seru gua melas.
“iiiihh.. emang siapa yang bilanggitu? Emang saya bilang rahmat bukan teman terbaik saya?”
“enggak”
“terus kenapa berkesimpulan begitu? Denger ya.. udah saya bilang berkali kali, baru kali ini saya punya temen cowok, sampai hubungannnya kaya gini. Rahmat, benar benar temen cowok terbaik saya.”
Giaaaahahahahahahaaaa.
“tapi, katanya..”
“iiiihhh, rahmat bener bener bikin saya kesel tau!”
Waduh, repot dah
“ya udah, saya akan mencoba untuk melupakan smua yang terjadi di malam ini, dan mencoba untuk menjadi seorang teman aja.”
“caranya....?”

Gua terdiam. Mikir, brooo. Bingung gua, dan gua pun pasrah, “ya, mungkin dengan gak berkomunikasi lagi.”
Hermione terdiam, gua pun terdiam. Kami berdua terdiam.

“maksudnya putus silaturahmi?” celetuknya memecah kesunyian sesaat.
Ah, masa putus silaturahmi? Tapi, kalau itu yang diinginkan dia, apa boleh buat..
“yaa... iya.”

Dia terdiam. Dan terdengar suara sesugukan kecil, Hermione menangis kecil. Hermione nangis. Hermione nangis demi gua. Gua seneng, atau sedih, nih?

“saya gak mau kehilangan teman satu orang pun!!” suaranya terdengar serak karena menahan tangis.
Dan gua terdiam.
“dari sd, saya udah sering kehilangan teman, dan sekarang.. temen saya yang satu satunya cowok, mau ninggalin gitu aja? Setelah membawa begitu banyak masalah di rohis, dan di kehidupan saya juga. Gitu? Saya gak pernah berharap ini semua terjadi..”
“trus, gimana?”
“bisa gak sih, mecahin masalah ini tanpa memutuskan tali silaturahmi? Kamu kan cowok, seharusnya kamu bisa menyelesaikan masalah.”
Mampus gua
“saya juga gak pernah mau mutusin tali silaturahmi. Tapi, kalo gak begini, perasaan ini gak akan pernah berubah.”
“ya ga harus di ubah juga kali.”
Gua asli bingung. “ya jadi gimana dong?”
“ya kamu harus mencoba sahabatan sama saya aja dulu. Gak harus mutusin tali silaturahmi juga kan? Biasa aja deh..”

Gua mikir. Bisa aja gua begitu. Tapi imej gua di mata dia kan udah ancur, meeennnn.. mau di taro di mana muka gua?

“iya deh, akan saya coba.”
“BOHONG..”
“apanya?” tanya gua bingung.
“tanpa mutusin tali silaturahmi? Emang bisa?”
“Lah, gimana toh? Tadi kan kamu sendiri yang minta begitu. Akan saya coba mulai dari detik ini.”
Sang Hermione diam, gua pun terdiam. Kami berdua terdiam.
“kamu benar gak marah sama saya, kan?” tanya gua hati hati.
“ya enggak lah. Ini semua bukan salah kita, ini semua salah virus merah jambu. Seandainya kita semua sadar, bahwa makna cinta yang sesungguhnya adalah cinta pada Allah dan Rasul-Nya..”
“ya, saya cinta Allah, cinta nabi Muhammad SAW juga. Saya gak salah kan cinta sama kamu juga..?? emang gak boleh?” sambung gua pele.
“ya, gak apa apa. Namun, belum saatnya. Kita belum dewasa, dan saya masih perlu menata diri, dan menata hati. Saya harus menjaga izzah saya.”

Ya ampun.. how clever she is..

“Oke, gimana saran saya?” serunya tangguh. “bisa di terima? Eh, kok malah saya sih yang kasih saran? Saya kan masih muda. Harusnya kamu yang kasih saran ke saya...”
“eh, emang kamu lahir tahun berapa?” tanya gua heran.
“hihihi.. saya belum 17 tahun..”

Dan, bla bla bla bla bla bla bla... Percakapan malam itu kami lanjutkan dengan percakapan ringan mengenai masalah organisasi, ketua rohis gua yang kena demam vmj juga, dan lain lain.
hingga akhirnya...

“ya, sudah. Sekarang sudah malam. Gak enak juga sama ayah kamu. Tadi yang angkat telfon dia, kan?” lanjut gua.
“gak tau tuh. Iya kali.”
“ya.. saya pun berharap kita berdua bisa menjadi sahabat, dan berjuang menghilangkan vmj ini..”
“yup, insya allah berhasil.” Katanya manis.
“insya allah.” Jawabku lantang. “wassalamu’alaikum..”
“wa’alaikum salam..”

Demikian kutipan kronologi hidup gua pada saat gua tengah di landa indah dan tololnya cinta. Cinta itu buta. Cinta membutakan segalanya. Hati, pikiran, perbuatan.. banyak hal yang seharusnya gak dilakukan, tetapi dilakukan dengan berdalih “Demi Cinta”.

Apa makna cinta sebenarnya?

Cinta memang bikin kita meringis dan menangis. Cinta mampu membuat hati berbunga-bunga. Tapi, juga sekaligus menciptakan hati yang “terpotong-potong” bagaikan kue tar.
Indah.

Itu adalah salah satu kata tentang cinta. Ya, cinta memang bagai pisau bermata dua. Dengan kata lain, cinta emang mampu membuat hati kita bahagia, namun gak jarang juga bisa jadi sumber penyakit yang bisa bikin hati kita hancur.

Itulah Cinta.



“Aku tak tahu apakah pesonanya yang memikat atau mungkin akalku yang tidak lagi di tempat.” (Cinta Kita Beda!! Pro-U Media)