Minggu, 29 Mei 2011

Sahabat, bukan film Arti Sahabat

"ilustrasi persahabatan antara Chie Satonaka dengan Yukiko Amagi dalam Persona 4."

Tiada mutiara sebening cinta..

Tiada sutera sehalus kasih sayang..

Tiada embun sebening ketulusan hati..

Dan tiada hubungan seindah persahabatan..

Sahabat, bukanlah matematika yang dapat di hitung nilainya

Sahabat, bukanlah ekonomi yang mengharapkan materi

Sahabat, bukanlah ppkn yang dituntut oleh undang-undang

Tetapi..

Sahabat adalah, Sejarah yang dapat di kenang sepanjang masa


Sebegitu pentingnyakah arti persahabatan menurut kita? Well, tanpa seorang sahabat pun, mungkin saja gua gak mungkin bisa berhasil melangkah sejauh ini.


Seringkali ada anggapan yang terlintas dipikiran gua, bahwa sahabat sejati sanggup mengungkapkan perasaan-perasaan yang terdalam, yang mungkin tidak dapat diungkapkan, kecuali dalam keadaan-keadaan yang sangat sulit, ketika mereka datang untuk menolong. Dibandingkan dengan hubungan pribadi, sepertinya persahabatan dianggap lebih dekat daripada sekadar kenalan, meskipun dalam persahabatan atau hubungan antar kenalan terdapat tingkat keintiman yang berbeda-beda. Bagi banyak orang, persahabatan dan hubungan antar kenalan terdapat dalam kontinum yang sama.


Persahabatan adalah hadiah yang tak ternilai untuk kita, tanpa seorang sahabat, sepertinya dunia ini terasa bisu, tiada WARNA WARNI DALAM KEHIDUPAN. Tanpa mereka siapa lah kita?

Gua pun punya berbagai macam sahabat. Ada yang mengembirakan di hati, namun ada pula yang menyakitkan hati.. Ya, itu semua lumrah.

Dan pastinya, Gua bangga memiliki sahabat-sahabat yang benar-benar bergelar sahabat.





"Good friends are like stars.

You don't always see them, but you know they are always there."

-indianchild-

Rabu, 18 Mei 2011

Satu Lagi Film Motivasi Hidup

Gambar Coraline dengan "Emak" palsunya

Ada sebuah film animasi yang menurut gua bagus. Judulnya Coraline, film yang gua dapatkan dari hasil tukeran leptop dengan teteh gua. Film itu bercerita tentang seorang anak bernama Coraline yang tinggal di rumah baru yang berada di luar kota bersama orang tua yang super sibuk. Orang tua yang menurutnya sangat tidak ideal. Ayah ibunya seorang penulis yang sibuk, disiplin, mandiri dan terkesan cuek. Bahkan saking sibuknya, mereka pun harus berbagi tugas secara adil. Ayah yang memasak dan ibu membersihkan rumah. Menurut Coraline, itu sangat tidak lazim dan tidak menyenangkan baginya.

Cuplikan Film Coraline

Ia ingin sekali memiliki orang tua yang ideal. Menurutnya, orang tua ideal adalah orang tua yang selalu menuruti dan memenuhi semua keinginannya. Ibunya harus pandai memasak, ayahnya harus lucu dan selalu menyediakan waktu untuk bermain dengannya. Coraline juga ingin bermain dan berpetualang sepuasnya tanpa larangan dari mereka. Pokoknya dia ingin selalu bersenang-senang dan hidup bebas.

Sampai akhirnya pada suatu malam dia bermimpi. Bermimpi berada di rumah yang sangat mirip dengan rumahnya dan orang tua yang mirip dengan orang tuanya. Hanya saja, mereka bermata kancing. Bahkan semua penghuni rumah dan lingkungannya bermata kancing. Mereka menyebut diri mereka, “orang tua Coraline yang lain”. Ibu Coraline yang lain sangat lembut, baik, pandai memasak makanan yang lezat dan selalu membolehkan Coraline bermain dan bersenang-senang sepuasnya. Sementara ayah Coraline yang lain, pandai bermain piano, suka melucu, selalu mengajak Coraline bersenang-senang dan memenuhi semua keinginannya. Benar-benar orang tua ideal dan berbeda jauh dari orang tua Coraline yang asli.

Awalnya Coraline sangat bahagia bersama mereka. Dia ingin tinggal di sana selamanya. Tapi, keadaan berubah sejak dia tahu bahwa ada satu syarat yang harus dipenuhi jika dia ingin tinggal di sana. Yaitu, dia harus rela mencopot kedua matanya dan diganti dengan mata kancing! Mata yang serupa dengan orang tua Coraline yang lain. Tentu saja hal itu membuat Coraline sangat terkejut. Dia tidak ingin matanya diganti dengan mata kancing, apalagi harus dijahit dengan benang kasur yang sangat besar dan tajam. Itu sangat mengerikan!

Coraline berusaha menghindar dan ingin kembali ke rumahnya yang asli. Dia ingin pergi tidur dengan harapan begitu dia bangun, dia bisa kembali ke rumahnya dan bersama orang tuanya yang asli. Tapi, ternyata dia sama sekali tidak bisa tidur dan orang tua Coraline yang lain dan menurutnya ideal itu, berubah menjadi monster yang sangat mengerikan. Dia ingin mengganti mata Coraline dengan mata kancing dan menculik orang tua Coraline yang asli serta menyembunyikan mereka di dalam sebuah bola kristal mainan milik Coraline.

Akhirnya, pertempuran pun dimulai. Coraline harus berhasil menemukan 3 pasang mata anak-anak yang diculik dan diambil jiwanya oleh orang tua Coraline yang lain. Pertempuran berlangsung sangat seru dan menegangkan. Walaupun Coraline berhasil menemukan 3 pasang mata anak-anak tersebut, tapi masih ada satu masalah lagi. Yaitu, dia harus memusnahkan kunci yang menghubungkan antara pintu rumahnya yang asli, dengan pintu rumah impiannya dimana orang tua Coraline yang lain tinggal.

Akhirnya, dia berlari menuju ke sebuah sumur tua yang berada jauh dari rumahnya dan berusaha membuang kunci tersebut ke sumur setelah bertarung dengan tangan monster ibu palsunya. Usahanya berhasil setelah dia dibantu oleh temannya yang bernama Wybern. Ketika dia kembali ke rumahnya, ternyata mainan bola kristalnya pecah dan mengotori lantai. Saat itulah, Coraline terbangun dari tidurnya. Orang tua Coraline pulang dari berbelanja dan ketika mereka melihat mainan itu pecah, ibunya langsung mengomel dan menasihati Coraline agar tidak ceroboh lagi.

Tapi, walaupun Coraline dimarahi orang tuanya, dia sangat bahagia karena akhirnya dia bisa bertemu dan tinggal bersama orang tuanya yang asli. Dia tidak lagi berpikir untuk mencari orang tua yang lain lagi. Karena dia akhirnya sadar bahwa, walaupun mereka bukanlah orang tua ideal, tapi mereka tetaplah orang tua yang terbaik untuknya. Dan orang tuanya ternyata tidak seburuk yang ia duga selama ini. Mereka tetaplah orang tua yang sangat perhatian, meski mereka punya cara tersendiri dalam mengekspresikan perhatian mereka pada Coraline. Orang tua Coraline juga tidak bermaksud untuk bersikap kaku dan cuek, bahkan mereka sayang pada Coraline. Mereka hanya ingin Coraline menjadi anak yang mandiri dan disiplin meski kurang tepat penyampaiannya. Pada akhir film, orang tua Coraline pun akhirnya belajar dan berusaha untuk menjadi orang tua yang lebih baik dan menyenangkan. Dan Coraline sangat bahagia memiliki orang tuanya yang sekarang.

Hikmah dari cerita tersebut adalah, bahwa...
Orang tua kita mungkin tidak sesempurna yang kita impikan. Mereka mungkin tidak selalu memenuhi semua keinginan kita, tidak memberi kebebasan seperti yang kita harapkan, suka memberi perintah yang tidak kita inginkan, suka melarang kita melakukan hal-hal yang kita sukai, kaku, otoriter, pokoknya ngga ideal menurut kita. Tapi, mereka tetaplah orang tua yang terbaik yang diberikan Allah untuk kita.

Setelah gua renungkan lebih dalam dan gua pahami lebih jauh. Gua paham bahwa, seandainya orang tua gua bukanlah mereka, gua gak mungkin punya teteh, adek, temen, sahabat yang baik seperti mereka, dan mungkin hidup gua takkan sebaik yang gua jalani hari ini.

Karena akhirnya gua sadar bahwa, memiliki orang tua seperti mereka, mungkin merupakan salah satu cara Allah swt mendidik gua agar gua menjadi seorang yang lebih tangguh dalam menjalani kehidupan.



Give thanks to Allah for giving my parent like them, and I don’t wanna change them with other parent.