Minggu, 30 Juni 2013

Dari yang Baik menjadi... 'think of it by yourself'.

Perubahan itu wajar dan memang sudah semestinya dilakukan. Namun, alangkah lebih baik jika perubahan yang dilakukan adalah berubah menjadi lebih baik, bukan berubah untuk pura-pura baik, atau lebih buruk.

Seperti pada kasus yang akan gua bahas di sini. Oke, sebelumnya gua perjelas sebelumnya, gua adalah warga negara yang netral, taat peraturan pemerintah dan agama, tidak bermaksud menjelek-jelekkan suatu golongan. Gua hanya sedikit mengeluarkan opini mengenai hal-hal menakjubkan yang gua lihat di bumi Indonesia Raya pada belakangan ini. dan mohon maaf sebelumnya, jika tulisan yang gua buat sekarang mungkin ada sedikit unsur SARA. Yah, ini hanya opini, bung. So... read, and meditate!

Gua bersyukur gua dilahirkan sebagai seorang muslim, dengan ayah dan ibu yang mengajarkan islam secara kaffah kepada anak-anaknya. Gua dididik untuk mempelajari islam secara menyeluruh. Yah, namun namanya juga anak muda, pasti banyak melakukan hal-hal yang salah, hahaha..


Ilustrasi Belajar Islam


Keluarga gua tidak mementingkan golongan islam mana yang paling benar. Hanya saja, kami berkeyakinan bahwa agama islam yang benar adalah islam yang berpedoman kepada Al-Qur'an dan As Sunnah. Itu mutlak. Selain daripada itu, menurut kami ya.. salah. Namun, pada dasarnya negara Indonesia adalah negara demokrasi yang memiliki banyak keyakinan. Kami pun sangat menghormati agama agama selain islam, karena dari islam sendiri pun mengajarkan toleransi beragama seperti pada firman Allah SWT dalam surat Al Kafiruun ayat 6:



 .لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِىَ دِينِ

Unto you your religion , and unto me my religion
(Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku)

Toleransi di sini adalah tidak diijinkannya kompromi dalam bentuk mencampuradukkan ajaran agama. Jadi, bagi yang mau memeluk ajaran lain, ya.. silakan.. yang menganut islam secara kaffah juga silakan.

Islam sendiri gua kenal memang sejak lahir, namun gua mulai mendalaminya sejak duduk di bangku sekolah dasar. Gua mengenal islam dengan baik pada saat itu. Islam sendiri saja terdiri dari beberapa golongan, karena rasulullah sendiri pernah bersabda bahwasannya “Orang-orang Yahudi terpecah kedalam 71 atau 72 golongan, demikian juga orang-orang Nasrani, dan umatku akan terbagi kedalam 73 golongan.” HR. Sunan Abu Daud.

Waow, darisitu aja gua mulai mikir.. islam mana yang lebih baik? mana yang lebih menjunjung tinggi nilai-nilai keislaman, mana yang boleh dilakukan dan mana aja yang dinilai bid'ah. Phewww... repot? Ya, memang. Kita dituntut untuk lebih selektif. karena kita diberikan otak dan pikiran oleh Allah, pergunakanlah anugerah yang diberikan-Nya itu dengan baik. Bagaimana caranya? Ngaji.. (gua aja jarang. haha..)

Oke, kembali pada inti permasalahan.

Dulu gua mengenal golongan ini sangat bagus keislamannya. Di sana gua diajarkan bahwa islam itu tidak melulu ngaji di masjid, tadarus, mabit seharian.. bahkan gak pulang-pulang, dan habblum minallah aja. Islam itu balance antara kebutuhan dengan Allah dan kebutuhan dengan sesama manusia. islam itu kuat. gak cuma bisa ngaji aja, tapi kita juga harus kuat fisiknya. Wih, keren, kan?

Gua juga salut dengan pedoman mereka yang langsung kepada Rasulullah dan perbuatan-perbuatannya, gak pake perantara wali ini, wali itu atau siapapun itu (setau gua sih gitu. kalo salah, maap). Tapi tetep kok, ada sahabat nabi, para tabi'in juga ada.. maksudnya gua itu adalah, gak pake wali songo. Dan gak mengerjakan apa yang nggak dikerjakan oleh Rasulullah SAW.

Akhwatnya aja menjulurkan jilbabnya sampe nutupin dada. wiih... bener-bener tawadhu. Namun, tidak bercadar, karena aurat wanita adalah dari kepala sampai ujung kaki kecuali wajah dan telapak tangan.

Gua mendalami islam dikelilingi dengan orang-orang macam itu. Seneng? Pastinya, sob. Gua diajari juga cara makan yang baik (makan bersama di satu nampan besar, make tangan -gak pake sendok-, dan make tiga jari), dikenalkan cara bersiwak, dan ada event keren yang namanya adalah Tafakur Alam. Dari situ gua mulai mengenal istilah 'Halaqah'. Gua mengartikannya adalah mengaji yang lain dari biasanya. Ngajinya keren. Gak cuma baca Al Quran, kita juga dituntut untuk memahami dan mengamalkannya. Ada juga sesi tanya jawab, sesi permainan, dan lainnya. Jadi, kita mengaji gak akan bosen.

Ilustrasi Halaqoh


Waktu pun mulai berjalan. Dari sini gua sedikit kaget dan agak terusik dengan perubahan kecil yang mereka jalankan. Mereka mulai menyisipkan unsur politik di dalam pengajiannya. Bukannya gak boleh, tapi... menurut gua ada saatnya kita membicarakan politik dan tahu dimana tepatnya kita membicarakan hal itu, bukan di forum terbuka macem pengajian. Awalnya gua anggap biasa aja. Tapi lama-lama absurd juga kalo dipikir-pikir.

Dan karena mereka membentuk suatu organisasi politik yang menjalani ideologi tertentu dan dibentuk dengan tujuan khusus, gua pun gak ambil pusing untuk segera memilih partai tersebut sebagai pilihan gua.

Tapi kok, semakin kesini-sini yang gua lihat perkembangannya, bukannya tidak baik sih, tapi.. mereka lebih terfokus ke arah politik daripada ngaji-nya. Mulai berkurang tuh yang namanya event Tafakur Alam. Yang ada malah presentasi partai yang diselipi di berbagai event. hahaha... -____- weird


Ilustrasi Bendera Partai di Indonesia


Mereka yang awalnya sama sekali menolak ajakan 'yasinan', kini mereka malah ikut terjun langsung didalamnya. Alasannya gini, "Kalo kita gak terjun langsung, gimana orang-orang awam pada mau tau kita?" Padahal dulu, mereka sama sekali gak mau ikutan acara yang cuma ada di Indonesia ini (gua cerita begini bukannya ngelarang yasinan, tapi terserah ente.. yang yasinan ya silakan yasinan. yg nggak ya... silakan juga. kalo gua jarang. haha.). Mereka yang awalnya tidak terlalu menggenakan perhiasan yang mencolok, kini para akhwatnya memakai jilbab dengan berbagai variant model yang semakin mencekik lehernya, walaupun kebanyakan sih masih relatif panjang. Dan bahkan, para akhwatnya mulai menunjukkan emansipasi wanita untuk menjadi kandidat calon legislatif yang secara harafiah berbaur langsung dengan para ikhwan. Weww.. kemana Ghadhdhul Bashar yang dulu mereka banggakan?

Oke fine.. menurut gua itu masih dalam batas wajar, karena memang cuma itu partai yang satu-satunya menurut gua baik. Menurut gua ya.. menurut ente sih, ya terserah daah..

Eh tapi ya, belakangan ini muncul kasus yang cukup menggelitik telinga gua sob. Ada sebagian oknum partai tersebut yang terlibat pencucian uang. Ketuanya lah, temennya lah, rekan kerjanya-lah.. Gua gak tau berita itu bener atau nggak. Cuma yang jelas hal ini cukup membuat gua miris. 'KOK SAMPE SEGITUNYA, YAA?'

Pihak partai sendiri sih masih terus mengalihkan perhatian masyarakat dengan ketidaksetujuannya dengan pemerintahan Indonesia yang sekarang lah, demo ini-lah, demo itu-lah. Padahal, antara partai 'penguasa' dengan partai ini saling berkoalisi di pemerintahan yang sekarang. Gak tau carmuk gak tau apa, dan gak tau juga mana yang carmuk. Yang jelas, ini-lah pandangan masyarakat awam tentang pemerintahan Indonesia.

Gua mengerti, manusia gak ada yang sempurna. Sebersih apapun partai, pasti.. ada aja oknum-oknum nakal macem Nazarudin cs atau siapapun itu yang jadi pewarna didalamnya. Yang bikin gua kecewa adalah.. kenapa harus ada di organisasi yang dulunya gua agung-agungkan?




Mungkin ya, daripada partai lain yang kasus kemarin pada pemilihan kepala daerah... ada lho kasusnya seperti ini.. pada hari 'H' pemilihan, pada waktu dini hari, di tiap-tiap kolong pintu rumah di daerah Ci Ci Ciiiiii... ditemukan amplop berisi uang senilai 50 ribu rupiah. gak tau juga itu dari partai mana, cuma yang jelas ada tulisan 'Perubahan' yang katanya tertulis di sudut kanan atas amplop. Weddeehh paak, buuu... pas udah kepilih jadi kepala daerah, bener-bener 'Ngilang' kepalanya. Hahahaha... INDONESIA.

Seenggaknya, masih sedikit tersimpan rasa percaya di dalam hati gua kalo masih ada secercik harapan organisasi ini kembali seperti dulu. Kembali kepada golongan yang gak selalu mengutamakan kekuasaan politik semata. Masih banyak juga orang-orang baik didalamnya. Gua masih percaya. (Ayo, bung. Jangan Kecewakan harapan gua). Mudah-mudahan orang-orang yang terlibat kasus korupsi itu mati keselek pas minum air (Aamiin), trus sadar kalo kelakuannya melebihi kucing garong, dan yang baik-baik di angkat derajatnya oleh Allah SWT.

Sekali lagi gua minta maaf jika ada seseorang ataupun golongan yang merasa tersindir atau 'nyinyir' di belakang (hahaha), karena pada dasarnya ini cuma tulisan gua seorang mahasiswa normal pada umumnya.

Minggu, 31 Maret 2013

Jadi, ini Passion saya


Untuk memahami makna dari passion itu sendiri, sepertinya saya harus menjabarkan seluruh cerita hidup saya di tulisan ini. Tenang, saya juga tidak berniat untuk menceritakan semua kisah hidup saya di sini. Sekedar sharing, karena saya penasaran dengan hadiah yang akan saya dapatkan di salah satu event Kuis yang diselenggarakan @dinikopi. Hehehee...

Berawal dari saya yang seorang Otaku sejati. Mulai dari komik, action figure, poster, dan apapun itu yang berhubungan dengan anime pasti saya punya. Sebagai seorang otaku yang kerap kali dianggap freak oleh orang-orang normal, saya agak sedikit memilih teman yang sekiranya satu aliran dengan pikiran saya. Hal ini berlangsung sejak saya duduk di bangku kelas enam sekolah dasar, SMP, SMU, dan.. sekarang.

Yang akan saya ceritakan tentang passion di sini adalah bukan saya yang seorang maniak kartun, tapi di sini saya akan menunjukkan tentang saya yang lebih cenderung memilih teman yang sekiranya saling mengerti, saling memahami, dan saling menyayangi tentunya.

Bagi saya, persahabatan itu penting. Saya yang cenderung memiliki perpaduan antara sanguinis dan melankolis yang sempurna pun memahami dan menyadari bahwa “Kita hidup tidak akan pernah bisa tanpa adanya campur tangan dari pihak lain”. Entahlah, tapi ini pemikiran saya.

Saya sadar kita tidak boleh bergantung pada apapun (kecuali Alloh SWT, karena emang kita kudu dan wajib!) termasuk keluarga, sahabat, harta benda, atau apapun itu. Namun, saya sepertinya menikmati hobi saya yang beralih dari seorang otaku menjadi ke arah Pemburuan Persahabatan.

Usaha yang dilakukan? Hemm, sedikitnya ada beberapa pergeseran paradigma yang sudah saya lakukan hingga saat ini. Setelah lulus SMU saya menjadi seorang pekerja (sebut saja kuli pabrik), yang setidaknya bekerja mulai dari jam 7 pagi hingga jam 4 sore atau bahkan hingga jam 8 malam. Suntuk?? JELAS! Yang saya lakukan hanya bekerja, pulang, tidur, bekerja lagi, dst. Hingga saya memutuskan untuk mengambil kuliah kelas karyawan. Apa tujuannya? Saya bosan. Saya butuh suasana baru. Saya tidak mau terpusat perhatian hanya kepada pekerjaan yang monoton menurut saya. Saya butuh suasana baru, teman-teman yang sealiran dengan saya, ruang lingkup yang baru, dsb. Itu langkah pertama saya.

Di sini terjadi perdebatan hebat antara saya dan orang tua saya. Kenapa? Saya yang seorang cowok sudah seharusnya memiliki “Pekerjaan” yang “seperti itu”. Why? Tanya kenapa? Saya tidak diperbolehkan untuk kuliah. Saya diharuskan fokus ke arah pekerjaan saja. Oh, man..

Lalu, saya mulai mengambil sikap bahwa yang menentukan hidup saya adalah saya, sudah saatnya saya mengambil jalan saya sendiri menuju perubahan yang lebih baik. Saya coba sambil berikhtiar. Dan akhirnya, mereka pun sepakat menyetujui rencana saya kuliah dengan syarat sambil bekerja. Saya menyanggupi.

Di perkuliahan, saya memiliki beragam-macam teman yang memiliki beragam profesi mulai dari hard worker seperti saya, wiraswasta sukses, mentoring, guru, IT-Hollic, Gadget Mania, bahkan Otaku pun ada. Saya sangat senang sekali di sini. Moment di saat kita mengerjakan tugas bersama, sharing bersama, curhat bersama (walaupun kami semua cowok), dagang dagangan masing-masing, dan hal-hal yang luarrrrr biasa lainnya banyak saya lakukan di sini.

Walaupun saya mengatakan bahwa pekerjaan saya yang dulu itu membosankan, namun saya tidak pernah mengatakan bahwa saya menyesal mengalami hal-hal semacam itu. Kini saya memutuskan untuk bergabung di dunia marketing. Entah itu door-to-door atau melalui e-commerce, saya lakoni. Kenapa? Saya sadar saya lebih menikmati pekerjaan saya yang seperti ini. Melayani dan memahami orang lain. Banyak teman tentunya. Yang sepikiran, pastinya.

Kini, saya telah bergabung sebagai seorang konsultan keuangan di salah satu perusahaan asuransi terbesar di dunia. Walaupun, saya masih dibilang amatir. Di sunia ini, saya diajarkan banyak hal mulai dari cara bersosialisasi, hypno theraphy, dan sebagainya. Saya juga bergabung pada sebuah organisasi yang bernama Duta Business School yang di dalamnya terdapat ratusan motivator terkenal, dan saya sangat tertarik mempelajari kisah sukses mereka. Tidak hanya itu, saya pun tidak malu  untuk bergabung di salah satu perusahaan Multilevel Marketing untuk produk Oriflame. Hahaha..

Dan yang bisa saya simpulkan dari sini adalah, saya memiliki passion yang unik. Mencari teman, saling memahami, saling menyayangi, dan saya bersumpah untuk tidak pernah melepaskan mereka satu orang pun, termasuk kamu.


 ilustrasi gambar: afroeuro.org




Just share, by @matt0bii

Selasa, 05 Februari 2013

and Life must Go-On

selamat siang,

sudah lama sekali aku tidak menulis blog. yah,, rasanya hampir bertahun-tahun. rasa kebosanan yang teramat sangat telah menggerogoti pikiranku saat ini. kehidupan ini. yah, sekali lagi... ini tentang kehidupan. tentang yang aku rasakan saat ini, pernahkah terbesit dari pikiran kalian, mau jadi apa gue yang sekarang ini?

sepertinya sudah terlambat. ya, sangat terlambat. seharusnya tujuan hidup sudah terarahkan sejak aku duduk di bangku kelas 9. namun, sekali lagi apa daya, toh aku jalani saja alur hidupku sampai sekarang. aku yang sama sekali tidak menginginkan masuk sekolah teknik, dan aku yang sama sekali tidak menginginkan bekerja setelah tamat sekolah, dan aku yang... hmmm... lupakan.

yah, rasanya senang sekali jika aku kembali ke masa lalu. walaupun aku tahu tak pernah akan bisa kembali lagi ke sana. masa lalu adalah masa dimana pikiran ini hanya dipenuhi dengan apa yang akan kulakukan besok, seperti PR, bermain, belajar bersama teman-teman, tidak pernah terpikirkan mau makan apa besok, atau hal-hal dewasa lainnya, oohh.. sungguh indah sekali.

rasanya, aku perlu banyak menyesali kenapa aku tidak pernah bisa mnikmati keadaan yang sudah aku terima sampai sekarang. aku terkesan introvert. padahal aku tahu, banyak orang yang melihatku, mendukungku, mendorongku dari belakang, namun aku selalu merasa kesepian dan sendirian... seakan tak ada yang mau memperhatikanku.

aku teringat sewaktu aku duduk di kursi menengah pertama. aku punya teman, Rendi namanya. entah apa yang dia lakukan sekarang, mungkin tidak seburuk apa yang telah aku lakukan sekarang. dulu, aku bertemu dengannya saat pulang bersama teman-teman sekolah dasarku. kebetulan dia searah, maka aku, dia, dan teman-temanku pulang bersama. aku pun naik kelas 8. semua teman-temanku memisahkan diri. ada yang masuk pagi, ada juga yang masuk siang. kebetulan sekali aku dan Rendi sama-sama masuk siang. entah karena apa.. kami jadi menjadi dekat. seperti sahabat. kami pulang bersama, jalan bersama, saling menunggu jika salah satu dari kami keluar kelas duluan. sampai teman-teman kami yang lain pun heran kenapa kami bisa menjadi begitu akrab. aku jadi teringat saat kami yang sepakat untuk menyisihkan uang jajan kita yang sedikit, untuk makan semangkuk bakso rudal di pinggir stasiun kereta api. kami makan bersama dan pulang rela jalan kaki sampai rumah karena uang kami yang habis untuk makan bakso. hahaha..




di kelas 9, dia pun pernah menanyakan sesuatu kepadaku. "Hey, setelah ini.. kau mau kemana?" sejenak kupikirkan, "Eh? Rencanaku sih masuk sekolah yang sama denganmu. Dan kawan-kawan kita yang lain."

namun rencana hanya sebatas rencana. aku yang saat itu belum memahami kondisi keluargaku yang bisa dibilang kurang berkecukupan untuk masuk sekolah menengah umum. padahal, kupikir.. sama saja, kan? keluargaku menyuruhku untuk masuk sekolah teknik yang di dalamnya total berisi laki-laki sepenuhnya. dan lulusannya di-cap akan cepat mendapatkan pekerjaan. aku yang saat itu masih labil dan hanya mementingkan kesenangan pribadi, menolak mentah-mentah anjuran kedua orang tuaku itu. aku ingin bersama kawan-kawanku yang lain.

"Ini tidak seperti yang kupikirkan! Aku yang sekolah, jadi aku yang menentukan. Jika mau kalian aku sekolah di sekolah teknik, kalian saja yang sekolah!", bentakku kepada orang tua-ku. dan seakan tak mau kalah, salah satu dari orang tua-ku menjawab, "Oke, jika itu mau-mu, lebih baik aku tidak menyekolahkanmu sama sekali."

what dzee....~~~????!!!

kukubur cita-citaku dalam-dalam. rasa hancur, dan rasa penuh kebimbangan telah memenuhi pikiranku sejak saat itu. sejak kecil aku jago menggambar. aku juga senang sekali disuguhkan gambar sketsa rumah, dan sejak kelas dua bangku sekolah dasar, aku mampu menggambar sketsa rumah. bahkan, aku menggambar sketsa rumah impianku. hmm,, hal yang sangat jarang dilakukan anak seumuranku, kaaan~??

aku sadar, impianku akan gagal mulai saat ini. aku ingin menjadi seorang arsitek. penulis pun, sepertinya aku cukup berbakat. berkali-kali aku menyalurkan bakat menulisku  di majalah dinding sekolah, dan ada beberapa dari hasil karyaku yang di-posting oleh pihak sekolah. senangnya kala itu. namun, aku juga menyadari akan kemampuan kedua orang tua-ku yang kiranya tidak akan mampu menyekolahkanku sampai ke perguruan tinggi. maka, aku memilih jalur sekolah kejuruan.

kemudian, aku pun mengucapkan kalimat perpisahan pada sahabatku, Rendi. dia juga tahu keadaanku. dia pun maklum. dia juga ikut mendo'akanku agar aku bisa menjalani kehidupanku kedepannya.
sejak saat kami berpisah sekolah, aku jarang melihatnya. aku berangkat sekolah menggunakan angkutan umum, sedangkan dia menggunakan sepeda motor. hal yang tidak mungkin jika kita bertemu di dalam satu angkutan umum, kan?

but, Life must go on..

Rendi Rendi yang baru pun sepertinya akan ada di kehidupan nanti. ternyata dugaanku tak pernah meleset. aku menemukan sesorang yang sepertinya mau menerima keadaanku yang seperti ini. dia yang memahamiku, tak pernah mengeluh akan sifat kekanakanku yang amat sangat menjengkelkan untuk seorang laki-laki, dan apapun itu.. sepertinya dia rela menjadi sahabatku. namanya Slamet. mulai dari kelas 10 sampai di kelas 12, aku duduk bersama dia. tentang kehidupannya, aku tahu. bahkan kekasihnya pun aku yang menjodohkannya. bahkan hingga saat ini, kudengar.. slamet masih bersama Ana, sang kekasih pujaan hatinya itu.

kehidupan di sekolah yang totally laki-laki semua itu, tidak cukup buruk. setidaknya, aku bisa cuek-bebek tentang kemerosotanku di bidang olah raga. toh, semua laki-laki. jadi, aku tidak pernah merasa malu akan ketidak mampuanku. walaupun kerap kali badanku yang kecil ini menjadi bahan ejekan, atau kerap kali menjadi bahan bullying, aku tahu apa yang sebaiknya aku lakukan. menangis? sepertinya tidak. walaupun pernah aku lakukan itu diam-diam di toilet karena sudah tak tahan atas pengintimidasian teman-temanku yang lain. yah, itu hanya sekali. cukup sekali.

setidaknya aku memang beruntung menjalani kehidupan yang seperti ini. ya, benar. Life must go on.
ada gemercik cahaya harapan yang sepertinya menantiku di ujung sana. kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi hari esok, namun kita pasti bisa melaluinya. bukankah senang memiliki hari esok?

dengan aku syukuri dunia itu, aku bersyukur aku bisa dipertemukan dengan seseorang yang mampu mengubah hidupku, mengubah cara pikiranku, mengubah sikapku selama ini, ya.. Princess. aku sangat bersyukur aku hidup dengan kondisi seperti ini jika mengingat dia. jika aku tidak masuk sekolah kejuruan, aku tidak akan pernah mengenal sang Princess, sahabat-sahabatku seperti Slamet, Taupan, Bonanza, Nasrul, dan yang lainnya.

dan sekarang, aku telah mengarungi kehidupan ini selama hampir dua puluh tiga tahun lamanya, aku sadar betapa banyaknya hal-hal bodoh yang telah aku lakukan sampai saat ini. mulai dari hal yang buruk, menjengkelkan, menjijikan.. yang bahkan tak seorangpun pernah memikirkan.

normal? ya, aku rasa semua itu normal. kadang aku menjadi orang yang sangat suci, jauh dari kesalahan, namun terkadang aku juga bisa menjadi seseorang yang amat sangat jahat, mengutuk orang, melakukan hal yang konyol dan menjijikan, dan hal gila lainnya. jika aku memikirkannya, aku mungkin bisa saja ingin menangis, walaupun aku ini laki-laki. ya, tidak salah kan laki-laki itu menangis?? namun, aku mampu menahannya sampai saat ini.

ya, benar. manusia itu memiliki banyak macam warna. ada yang putih bersih, namun ada pula yang hitam dan kotor. aku tidak tahu apa warna dari diriku. aku cuma membiarkan segala yang terjadi di dunia ini berjalan, mengalir, yah.. walaupun itu sebenarnya tidak dianjurkan.. namun sepertinya aku sangat menikmati hal itu.




aku sadar, sepahit apapun.. seindah apapun.. kehidupan ini..
jika kita menjalaninya, menikmatinya, dan mengikuti apa yang telah ditakdirkan kepada kita..
ingatlah bahwa
kita pasti bisa menjalaninya, sampai hari esok, dan esoknya..

bukankah menyenangkan memiliki hari esok?