Seperti pada kasus yang akan gua bahas di sini. Oke, sebelumnya gua perjelas sebelumnya, gua adalah warga negara yang netral, taat peraturan pemerintah dan agama, tidak bermaksud menjelek-jelekkan suatu golongan. Gua hanya sedikit mengeluarkan opini mengenai hal-hal menakjubkan yang gua lihat di bumi Indonesia Raya pada belakangan ini. dan mohon maaf sebelumnya, jika tulisan yang gua buat sekarang mungkin ada sedikit unsur SARA. Yah, ini hanya opini, bung. So... read, and meditate!
Gua bersyukur gua dilahirkan sebagai seorang muslim, dengan ayah dan ibu yang mengajarkan islam secara kaffah kepada anak-anaknya. Gua dididik untuk mempelajari islam secara menyeluruh. Yah, namun namanya juga anak muda, pasti banyak melakukan hal-hal yang salah, hahaha..
Ilustrasi Belajar Islam
Keluarga gua tidak mementingkan golongan islam mana yang paling benar. Hanya saja, kami berkeyakinan bahwa agama islam yang benar adalah islam yang berpedoman kepada Al-Qur'an dan As Sunnah. Itu mutlak. Selain daripada itu, menurut kami ya.. salah. Namun, pada dasarnya negara Indonesia adalah negara demokrasi yang memiliki banyak keyakinan. Kami pun sangat menghormati agama agama selain islam, karena dari islam sendiri pun mengajarkan toleransi beragama seperti pada firman Allah SWT dalam surat Al Kafiruun ayat 6:
.لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِىَ دِينِ
Unto you your religion , and unto me my religion
(Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku)
Toleransi di sini adalah tidak diijinkannya kompromi dalam bentuk mencampuradukkan ajaran agama. Jadi, bagi yang mau memeluk ajaran lain, ya.. silakan.. yang menganut islam secara kaffah juga silakan.
Islam sendiri gua kenal memang sejak lahir, namun gua mulai mendalaminya sejak duduk di bangku sekolah dasar. Gua mengenal islam dengan baik pada saat itu. Islam sendiri saja terdiri dari beberapa golongan, karena rasulullah sendiri pernah bersabda bahwasannya “Orang-orang Yahudi terpecah kedalam 71 atau 72 golongan, demikian juga orang-orang Nasrani, dan umatku akan terbagi kedalam 73 golongan.” HR. Sunan Abu Daud.
Oke, kembali pada inti permasalahan.
Dulu gua mengenal golongan ini sangat bagus keislamannya. Di sana gua diajarkan bahwa islam itu tidak melulu ngaji di masjid, tadarus, mabit seharian.. bahkan gak pulang-pulang, dan habblum minallah aja. Islam itu balance antara kebutuhan dengan Allah dan kebutuhan dengan sesama manusia. islam itu kuat. gak cuma bisa ngaji aja, tapi kita juga harus kuat fisiknya. Wih, keren, kan?
Gua juga salut dengan pedoman mereka yang langsung kepada Rasulullah dan perbuatan-perbuatannya, gak pake perantara wali ini, wali itu atau siapapun itu (setau gua sih gitu. kalo salah, maap). Tapi tetep kok, ada sahabat nabi, para tabi'in juga ada.. maksudnya gua itu adalah, gak pake wali songo. Dan gak mengerjakan apa yang nggak dikerjakan oleh Rasulullah SAW.
Akhwatnya aja menjulurkan jilbabnya sampe nutupin dada. wiih... bener-bener tawadhu. Namun, tidak bercadar, karena aurat wanita adalah dari kepala sampai ujung kaki kecuali wajah dan telapak tangan.
Gua mendalami islam dikelilingi dengan orang-orang macam itu. Seneng? Pastinya, sob. Gua diajari juga cara makan yang baik (makan bersama di satu nampan besar, make tangan -gak pake sendok-, dan make tiga jari), dikenalkan cara bersiwak, dan ada event keren yang namanya adalah Tafakur Alam. Dari situ gua mulai mengenal istilah 'Halaqah'. Gua mengartikannya adalah mengaji yang lain dari biasanya. Ngajinya keren. Gak cuma baca Al Quran, kita juga dituntut untuk memahami dan mengamalkannya. Ada juga sesi tanya jawab, sesi permainan, dan lainnya. Jadi, kita mengaji gak akan bosen.
Ilustrasi Halaqoh
Waktu pun mulai berjalan. Dari sini gua sedikit kaget dan agak terusik dengan perubahan kecil yang mereka jalankan. Mereka mulai menyisipkan unsur politik di dalam pengajiannya. Bukannya gak boleh, tapi... menurut gua ada saatnya kita membicarakan politik dan tahu dimana tepatnya kita membicarakan hal itu, bukan di forum terbuka macem pengajian. Awalnya gua anggap biasa aja. Tapi lama-lama absurd juga kalo dipikir-pikir.
Dan karena mereka membentuk suatu organisasi politik yang menjalani ideologi tertentu dan dibentuk dengan tujuan khusus, gua pun gak ambil pusing untuk segera memilih partai tersebut sebagai pilihan gua.
Tapi kok, semakin kesini-sini yang gua lihat perkembangannya, bukannya tidak baik sih, tapi.. mereka lebih terfokus ke arah politik daripada ngaji-nya. Mulai berkurang tuh yang namanya event Tafakur Alam. Yang ada malah presentasi partai yang diselipi di berbagai event. hahaha... -____- weird
Ilustrasi Bendera Partai di Indonesia
Sumber: http://www.regionaltimur.com
Mereka yang awalnya sama sekali menolak ajakan 'yasinan', kini mereka malah ikut terjun langsung didalamnya. Alasannya gini, "Kalo kita gak terjun langsung, gimana orang-orang awam pada mau tau kita?" Padahal dulu, mereka sama sekali gak mau ikutan acara yang cuma ada di Indonesia ini (gua cerita begini bukannya ngelarang yasinan, tapi terserah ente.. yang yasinan ya silakan yasinan. yg nggak ya... silakan juga. kalo gua jarang. haha.). Mereka yang awalnya tidak terlalu menggenakan perhiasan yang mencolok, kini para akhwatnya memakai jilbab dengan berbagai variant model yang semakin mencekik lehernya, walaupun kebanyakan sih masih relatif panjang. Dan bahkan, para akhwatnya mulai menunjukkan emansipasi wanita untuk menjadi kandidat calon legislatif yang secara harafiah berbaur langsung dengan para ikhwan. Weww.. kemana Ghadhdhul Bashar yang dulu mereka banggakan?
Oke fine.. menurut gua itu masih dalam batas wajar, karena memang cuma itu partai yang satu-satunya menurut gua baik. Menurut gua ya.. menurut ente sih, ya terserah daah..
Eh tapi ya, belakangan ini muncul kasus yang cukup menggelitik telinga gua sob. Ada sebagian oknum partai tersebut yang terlibat pencucian uang. Ketuanya lah, temennya lah, rekan kerjanya-lah.. Gua gak tau berita itu bener atau nggak. Cuma yang jelas hal ini cukup membuat gua miris. 'KOK SAMPE SEGITUNYA, YAA?'
Pihak partai sendiri sih masih terus mengalihkan perhatian masyarakat dengan ketidaksetujuannya dengan pemerintahan Indonesia yang sekarang lah, demo ini-lah, demo itu-lah. Padahal, antara partai 'penguasa' dengan partai ini saling berkoalisi di pemerintahan yang sekarang. Gak tau carmuk gak tau apa, dan gak tau juga mana yang carmuk. Yang jelas, ini-lah pandangan masyarakat awam tentang pemerintahan Indonesia.
Gua mengerti, manusia gak ada yang sempurna. Sebersih apapun partai, pasti.. ada aja oknum-oknum nakal macem Nazarudin cs atau siapapun itu yang jadi pewarna didalamnya. Yang bikin gua kecewa adalah.. kenapa harus ada di organisasi yang dulunya gua agung-agungkan?
Sumber: http://padangekspres.co.id
Mungkin ya, daripada partai lain yang kasus kemarin pada pemilihan kepala daerah... ada lho kasusnya seperti ini.. pada hari 'H' pemilihan, pada waktu dini hari, di tiap-tiap kolong pintu rumah di daerah Ci Ci Ciiiiii... ditemukan amplop berisi uang senilai 50 ribu rupiah. gak tau juga itu dari partai mana, cuma yang jelas ada tulisan 'Perubahan' yang katanya tertulis di sudut kanan atas amplop. Weddeehh paak, buuu... pas udah kepilih jadi kepala daerah, bener-bener 'Ngilang' kepalanya. Hahahaha... INDONESIA.
Seenggaknya, masih sedikit tersimpan rasa percaya di dalam hati gua kalo masih ada secercik harapan organisasi ini kembali seperti dulu. Kembali kepada golongan yang gak selalu mengutamakan kekuasaan politik semata. Masih banyak juga orang-orang baik didalamnya. Gua masih percaya. (Ayo, bung. Jangan Kecewakan harapan gua). Mudah-mudahan orang-orang yang terlibat kasus korupsi itu mati keselek pas minum air (Aamiin), trus sadar kalo kelakuannya melebihi kucing garong, dan yang baik-baik di angkat derajatnya oleh Allah SWT.
Sekali lagi gua minta maaf jika ada seseorang ataupun golongan yang merasa tersindir atau 'nyinyir' di belakang (hahaha), karena pada dasarnya ini cuma tulisan gua seorang mahasiswa normal pada umumnya.